Sejarah Sunan Kudus berkaitan erat dengan beberapa Wali Songo. Diantaranya adalah Sunan Ampel dan Sunan Bonang yang masih memiliki hubungan keluarga. Dengan wali lainnya Sunan Kudus pun memiliki hubungan erat dalam menjalankan tugasnya menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kudus adalah salah satu wali yang terkenal dengan keilmuannya yang luas.
Bahkan namanya tercatat sebagai imam syiah yang berada diurutan keenam. Dalam menjalankan dakwah, beliau menggunakan metode yang menyelaraskan antara agama Hindu dengan agama Islam. Karena pada saat itu agama Hindu Budha masih menjadi agama mayoritas. Metode yang demikian menjadikan beliau banyak disegani masyarakat saat itu dan menerima ajaran agama Islam dengan baik.
Sejarah Sunan Kudus dan Kiprahnya Berdakwah di Tanah Kudus
Sunan Kudus sesuai namanya menyebarkan agama Islam di daerah Kudus Jawa Tengah dan sekitarnya. Bagaimana sejarah Sunan Kudus dan cara dakwahnya menyebarkan agama Islam, berikut ringkasannya:
1. Kelahiran dan Silsilah Sunan Kudus
Sunan Kudus terlahir dengan nama Sayyid Jafar Shadiq. Lahir di kota Al-Quds, Palestina pada tanggal 9 September 1400 M. Beliau adalah putera dari Sunan Ngundung atau Raden Usma Haji dengan salah satu puteri Sunan Ampel. Sunan Kudus merupakan keturunan langsung ke-24 dari Nabi Muhammad SAW. Ayahnya sendiri adalah seorang panglima perang Kesultanan Demak.
2. Metode Dakwah Sunan Kudus Melalui Masyarakat
Dari sumber sejarah Sunan Kudus, menyatakan bahwa beliau adalah murid dari Sunan Kalijogo. Alhasil cara dakwah beliau pun tidak jauh berbeda dengan sang guru. Yakni lebih banyak mendekat dengan masyarakat menggunakan berbagai macam metode dengan cara halus dan toleran.
Metode yang digunakan oleh Sunan Kudus nyatanya dapat diterima oleh banyak kalangan karena tidak langsung menolak agama Hindu dan Budha yang saat itu masih mayoritas. Metode pertama yang digunakan oleh Sunan Kudus adalah bergaul secara langsung dengan masyarakat Hindu Budha.
Hal ini sesuai dengan sejarah Sunan Kudus bahwa pada masa itu masyarakat Hindu Budha adalah pemeluk agama yang setia sehingga cukup sulit untuk membuat mereka mau mempelajari agama Islam. Oleh sebab itu, pendekatan yang digunakan adalah berbaur dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Metode selanjutnya yang digunakan adalah membuat masjid dengan bentuk bangunan yang menyerupai candi Hindu. Di luar masjid terdapat pancuran wudhu dengan jumlah delapan titik yang setiap titiknya diberi arca. Arca tersebut dibuat mirip dengan milik masyarakat Budha yang bernama arca Kebo Gumarang.
Bangunan masjid yang tidak lazim tersebut tentu saja membuat masyarakat sekitar penasaran. Hingga akhirnya terpengaruh untuk masuk ke dalam masjid dan mendengarkan dakwah Sunan Kudus. Hingga sekarang bisa dilihat bahwa masjid Kudus yang merupakan peninggalan sejarah Sunan Kudus hampir mirip dengan candi milik orang Hindu. Masjid yang bentuknya unik dan bersejarah.
3. Sejarah Sunan Kudus dalam Ritual Masyarakat Hindu Budha
Metode unik dari Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam adalah dengan berbaur dalam ritual masyarakat Hindu Budha yang ada di sana. Seperti diketahui dalam sejarah Sunan Kudus bahwa pada saat itu, masyarakat setempat masih melakukan ritual sakral yang disebut mitoni, yaitu ritual syukuran atas kelahiran seorang bayi. Jika dalam Islam sama dengan aqiqah.
Yang membedakan adalah bagi pemeluk agama Hindu Budha, persembahan mereka diberikan pada patung atau arca yang sering mereka sembah. Sunan Kudus pun mengubah ritual ini sesuai dengan ajaran Islam, tanpa menghilangkan kebiasaan Hindu Budha yang telah menjadi keyakinan. Secara perlahan, masyarakat pun mulai terbiasa dan banyak yang mendengarkan ajaran Sunan Kudus dan akhirnya masuk Islam.
Sejarah keilmuan Sunan Kudus memang telah diakui, tidak hanya karena keilmuannya. Namun, juga metode dakwah yang digunakan yang tidak menggunakan kekerasan atau paksaan untuk memeluk agama Islam. Beliau justru mengikuti alur Hindu Budha agar banyak yang tertarik dan mau mendengarkan dakwahnya secara perlahan-lahan.
4. Wafatnya Sunan Kudus
Berdasar sejarah Sunan Kudus secara turun temurun, diyakini bahwa Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M. beliau meninggal saat menjadi imam sholat Subuh di masjid Menara Kudus dalam keadaan bersujud. Beliau dimakamkan di kompleks masjid. Hingga sekarang makam beliau selalu ramai dikunjungi, utamanya setiap kamis malam dengan tujuan berziarah atau berdoa.
Dalam sejarah perjalanan Sunan Kudus, beliau dianggap sebagai ulama dan tokoh penting. Tidak hanya dikalangan masyarakat, tapi juga keluarga Kesultanan Demak dimana beliau meneruskan perjuangan ayahnya. Cara penyampaian ajaran agama Islam dari beliau berbeda dengan para wali lainnya sehingga lebih mudah diterima masyarakat. Tak heran hingga sekarang beliau tetap jadi panutan dan selalu dikenang.
5. Peninggalan Sunan Kudus
Tidak hanya mengajarkan agama Islam, Sunan Kudus juga meninggalkan bukti sejarah yang hingga saat ini masih bisa dilihat dan dinikmati oleh masyarakat. Beberapa peninggalan yang dapat disaksikan hingga saat ini adalah masjid dan menara Kudus yang terkenal. Saat datang ke kota Kudus jangan lupa untuk mampir ke masjid legendaris dan unik ini.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur Islam, Hindu dan Budha yang berakulturasi secara unik. Ukiran masjid yang mirip dengan ukiran agama Hindu saat itu menjadi daya tarik sehingga banyak masyarakat yang tertarik dengan ajaran agama Islam dan perlahan banyak yang masuk agama Islam. Masjid ini berdiri pada tahun 1549 M. Akan ramai pada saat festival Dhandangan dalam menyambut bulan Ramadhan.
Peninggalan sejarah Sunan Kudus selanjutnya adalah keris Cintoko yang masih dirawat hingga sekarang. Setiap tahun usai Idul Adha keris tersebut akan dimandikan. Acara pemandian ini adalah bentuk penghormatan kepada peninggalan Sunan Kudus. Pemandian ini juga dimaksudkan untuk menyambut tradisi buka luwur atau pergantian kerai di cungkup makam.
Sama halnya dengan peninggalan Sunan Kudus lainnya, dua tombak Sunan Kudus ini pun tercatat dalam sejarah Sunan Kudus dan masih ada hingga saat ini. Untuk menghormati peninggalan Sunan yang satu ini, dilakukan acara pemandian untuk menjaga pusaka dan mengingat nilai yang terkandung di dalamnya. Yaitu kekuasaan dan kebijaksanaan.
Sejarahnya Sunan Kudus tidak bisa terlepas dari tembang Asmarandana yang juga merupakan bentuk peninggalan bersejarah dari Sunan Kudus. Melalui tembang ini, Sunan Kudus mengajarkan agama Islam kepada masyarakat dengan memasukkan lirik bernuansa Islam. Alhasil, dakwah Sunan Kudus pun lebih mudah diterima.
Peninggalan lainnya yang terlihat unik adalah tidak adanya sapi dalam penyembelihan hewan kurban pada saat Idul Adha. Awal sejarahnya adalah untuk menghormati masyarakat Hindu pada saat itu yang menganggap sapi adalah hewan suci. Sebagai gantinya adalah dengan memotong hewan kerbau. Tradisi ini masih berlanjut hingga sekarang.
Demikianlah sekilas tentang sejarah Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa bersama dengan para wali lainnya. Sunan Kudus meninggalkan banyak ilmu pengetahuan dan peninggalan sejarah yang tetap bisa dinikmati hingga sekarang. Sebagai generasi muda hendaknya dapat mengambil pelajaran dan terus menjaga semangat dakwah Sunan Kudus dalam mengamalkan ajaran agama Islam.
Post a Comment for "Sejarah Sunan Kudus dalam Peradaban Islam di Tanah Jawa"