Sejarah sunan kalijaga hingga saat ini menjadi satu-satunya sejarah hidup wali yang diangkat menjadi cerita layar lebar. Perkembangan agama Islam di wilayah pulau Jawa tidak lepas dari peran serta sembilan orang yang dikenal dengan nama Wali Sanga. Salah satu wali dari kesembilan wali tersebut dikenal dengan nama Sunan Kalijaga.
Wali berarti wakil, namun dalam agama Islam dikenal adanya istilah waliyullah yang berarti wali Allah atau sabahat Allah. Sanga sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Jadi wali sanga dapat diartikan sebagai sembilan orang wali Allah atau sembilan orang sahabat Allah.
Sejarah Sunan Kalijaga Sebelum Menjadi Wali
Sejarah hidup Sunan Kalijaga sebelum menjadi wali memiliki nama Raden Mas Said atau Raden Said dan diperkirakan lahir pada tahun 1450 Masehi. Raden Said merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta atau Raden Ahmad Sahuri yang menjabat adipati Tuban pada masa itu. Ibu dari Raden Said bernama Dewi Nawang Arum yang merupakan putri dari Raden Kidang Telangkas.
Dalam sejarah diceritakan bahwa sebelum menjadi wali, beliau pernah menjadi perampok. Ia merampok dari gudang hasil bumi milik kerajaan dan juga merampok orang-orang kaya namun pelit. Hasil rampokannya tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin yang ada di wilayah kerajaannya.
Perbuatan Raden Said tersebut diketahui oleh ayahnya yang kemudian menghukumnya dengan tidak memberikan ijin kepada Raden Said untuk keluar rumah. Hukuman dari ayahnya tersebut tidak membuatnya jera sehingga terus melakukan perampokan sehingga akhirnya sang ayah mengusirnya dari kerajaan.
Sejarah Sunan Kalijaga Menjadi Wali
Sifat sunan kalijaga yang terkenal suka menolong orang miskin namun dengan cara merampok menjadikannya diusir dari rumah. Dikisahkan bahwa dalam perjalanannya keluar dari wilayah kerajaan, Raden Said bertemu dengan Sunan Bonang. Tongkat yang terlihat seperti emas milik Sunan Bonang menarik perhatian Raden Said untuk merampoknya.
Raden Said bermaksud untuk merampok tongkat Sunan Bonang dan mengatakan bahwa hasilnya akan diberikan kepada orang-orang miskin. Sunan Bonang menasihati Raden Said bahwa Allah tidak akan menerima amal perbuatannya menolong orang miskin karena dilakukan dengan cara yang salah dan tidak mendapat rida Allah.
Sunan Kalijaga menjadi wali berawal dari pertemuannya dengan Sunan Bonang ini. Sunan Bonang menunjuk pohon aren dan buahnya berubah menjadi emas, serta meminta Raden Said memetiknya. Raden Said takjub dengan peristiwa tersebut dan meminta kepada Sunan Bonang agar menerima dirinya menjadi muridnya.
Sunan Bonang menyetujui untuk menerima Raden Said menjadi muridnya namun dengan syarat. Syarat yang diajukan oleh Sunan Bonang yaitu Raden Said harus bisa menjaga tongkat milik Sunan Bonang selama beliau pergi. Tongkat tersebut ditancapkan di pinggir sungai di daerah Cirebon.
Tiga tahun sejak meninggalkan Raden Said menjaga tongkatnya di tepi sunga, Sunan Bonang kembali dan menemukan Raden Said masih setia menjaga tongkat miliknya. Diceritakan dalam sejarah sunan kalijaga bahwa tubuh Raden Said ditumbuhi dedaunan dan akar karena tidak pernah meninggalkan tempat tersebut demi menjaga tongkat milik Sunan Bonang.
Melihat kesetiaan dan keteguhan hati Raden Said, maka akhirnya Sunan Bonang mengabulkan permintaan Raden Said. Sejak saat itu, Raden Said menjadi murid Sunan Bonang dan belajar ilmu agama dari Beliau. Cerita sejarah mencatat bahwa Raden Said berganti nama menjadi Kalijaga yang artinya penjaga sungai.
Sejarah Sunan Kalijaga Dalam Berdakwah
Sejak menjadi murid dari Sunan Bonang, Raden Said yang telah berganti nama menjadi Kalijaga mulai berdakwah untuk menyebarkan agama Islam. Seiring perjalanan waktu, Kalijaga lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga dan terus melakukan dakwah. Sunan Kalijaga menjadi anggota Walisanga yang memiliki kekhasan dalam berpakaian.
Achmad Chodjim dalam bukunya Sunan Kalijaga : Mistik dan Makrifat menuliskan bahwa Sunan Kalijaga melakukan pengajaran agama Islam dengan cara-cara yang kompromistis. Pengajaran yang diberikan disesuaikan dengan budaya setempat sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Sejarah sunan kalijaga mengisahkan bahwa Sunan Kalijaga banyak melakukan pengajaran melalui budaya dan seni. Beliau menciptakan tembang-tembang Jawa, berdakwah lewat pagelaran wayang, menciptakan ukiran daun, juga mengganti surjan Jawa yang semula berlengan pendek menjadi berlengan panjang.
Cara berdakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga tidak menimbulkan konflik di masyarakat karena dilakukan dengan cara-cara kreatif. Sunan Kalijaga memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap budaya lokal. Beliau memanfaatkan budaya lokal yang ada di masyarakat untuk memperkenalkan dan mengajarkan agama Islam.
Sunan Kalijaga menghabiskan waktu untuk menyebarkan agama Islam di wilayah kerajaan Demak. Istri Sunan Kalijaga Walisanga bernama Dewi Saroh yang merupakan putri dari Sunan Bonang. Dari pernikahan tersebut, Sunan Kalijaga dikaruania tiga orang anak, salah satunya adalah Raden Umar Said yang kemudian lebih dikenal dengan nama Sunan Muria.
Inilah Benda Pusaka Peninggalan Sejarah Sunan Kalijaga
Sebagai salah satu wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara berbeda dibanding wali lainnya, ilmu Sunan Kalijaga dikenal sangat tinggi. Selain itu, Sunan Kalijaga juga memiliki barang-barang yang dipercaya memiliki kesaktian dan masih dijaga hingga ini. Berikut adalah 5 benda pusaka peninggalan Sunan Kalijaga.
Rompi Ontokusumo
Konon ceritanya rompi Ontokusumo ini digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk mengalahkan Nyi Roro Kidul. Rompi yang terbuat dari kulit kambing dan dirajah oleh Sunan Bonang ini diterima oleh Sunan Kalijaga setelah khatam Al-Qur’an. Sunan Kalijaga mengkhatamkan Al-Qur’an di masjid Demak dengan ditemani oleh para wali yang lain.
Keris Kiai Carubuk
Mpu Supa Mandragi yang merupakan sahabat dari Sunan Kalijaga membuatkan keris berlekuk 17 untuk sahabatnya itu. Keris yang diberi nama keris Kiai Carubuk ini konon ceritanya hanya dibuat dari biji besi sebesar biji asam. Sumber lain menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga mengirimkan biji besi sebesar biji salak kepada Mpu Supa Mandragi untuk dibuatkan keris.
Sumur Jalatunda
Disebutkan dalam sejarah sunan kalijaga bahwa Sunan Kalijaga meninggalkan jala di tempat beliau mencari air untuk wudu para wali. Di tempat Sunan Kalijaga meninggalkan jala inilah muncul mata air yang disebut dengan sumur Jalatunda. Menurut kepercayaan, air dari sumur Jalatunda ini mampu menyembuhkan aneka jenis penyakit.
Tongkat Kalimasada
Tongkat yang selalu setia menemani perjalanan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam bernama tongkat Kalimasada. Tongkat berwarna hitam ini dipercaya memiliki kekuatan gaib dan banyak terjadi peristiwa di luar nalar yang berkaitan dengan tongkat tersebut. Salah satu peristiwa yang terjadi adalah keluarnya api dari dalam tanah bekas tongkat Kalimasada ditancapkan.
Api Abadi Mrapen
Api abadi mrapen ini sangatlah terkenal. Api yang berasal dari dalam tanah dan tidak pernah mati meski terguyur hujan dan angin ini dipercaya muncul dari lubang tanah. Lubang tanah tersebut bekas menancapkan tongkat Kalimasada. Api abadi Mrapen ini juga dipercaya digunakan dalam pembuatan keris Kiai Carubuk.
Sunan Kalijaga turut berperan dan ikut memiliki andil besar dalam pembangunan masjid Demak. Keteladanan dan pengajaran dari Sunan Kalijaga memiliki peran sangat penting dalam perkembangan agama Islam khususnya di daerah Jawa. Demikianlah sejarah sunan kalijaga dan benda-benda pusaka yang masih tetap dirawat hingga kini. Semoga bermanfaat.
Post a Comment for "Sejarah Sunan Kalijaga dari Kecil Sampai Benda Peninggalannya"