Sejarah Panjang K.H.R As'ad Syamsul Arifin yang Perlu Diketahui Untuk Menambah Wawasan. Nama K.H.R As'ad Syamsul Arifin tentunya tidak asing lagi di masyarakat Jawa timur khusus Situbondo. Apalagi semenjak di diberikan gelar oleh Presiden Indonesia pada tahun 2016 lalu sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang berperan penting dalam kemerdekaan NKRI.
Hal tersebut membuat beliau tambah dikenal banyak orang walaupun sebelumnya sudah banyak yang mengetahuinya sebagai pengasuh pondok pesantren. Yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo yang bertempat di Desa Sukorejo, Asembagus, Situbondo. Beliau merupakan ulama besar dan berperan penting dalam NU (Nahdlatul Ulama) yang menjabat sebagai Dewan Penasihat Pengurus Besar NU sampai beliau menutup usianya.
Beliau dikenal sebagai ulama atau pemimpin yang kharismatik karena kepribadian dan sikap kepemimpinannya yang terkesan puritan. Dengan diberikannya gelar sebagai Pahlawan Nasional banyak masyarakat yang ingin mengetahui sejarahnya. Sehingga banyak masyarakat yang berbondong-bondong membeli buku yang mengisahkan beliau. Ada sebagian masyarakat yang sudah mengetahui sejarahnya dan ada pula yang belum mengetahuinya. Padahal jika mengetahuinya dan saat membaca sejarahnya akan menyentuh hati. Untuk itulah, simak sejarah K.H.R As’ad Syamsul Arifin di bawah ini untuk menambah wawasan!
![]() |
K.H.R As’ad Syamsul Arifin |
Sejarah Panjang K.H.R As'ad Syamsul Arifin yang Perlu Diketahui
Latar Belakang Atau Riwayat Hidup K.H.R As'ad Syamsul Arifin
K.H.R As’ad Syamsul Arifin dilahirkan dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maimunah, yang berasal dari Pamekasan, Madura sebagai anak pertama. Beliau lahir tahun 1897 di Mekah saat kedua orang tuanya menunaikan ibadah haji dan bertempat tinggal di sana untuk memperdalam ilmu keagamaannya. Lebih tepatnya di perkampungan Syi'ib Ali yang dekat dengan Masjidil Haram. Beliau masih memiliki darah bangsawan baik dari ibunya dan juga ayahnya. Ayahnya yang bernama K.H. Syamsul Arifin atau Raden Ibrahim yang merupakan pendiri Pondok Pesantrennya merupakan keturunan dari Sunan Kudus I. Dan ibunya yang juga merupakan keturunan dari Sunan Ampel.
K.H.R As'ad Syamsul Arifin mempunyai seorang adik laki-laki yang 4 tahun lebih mudah darinya yang diberikan nama Abdurrahman tetapi dititipkan kepada saudara sepupu ibunya bernama Nyai Salhah yang bertempat tinggal di Mekah. Abdurrahman juga menjadi seorang ulama besar bahkan pernah menjadi atau menduduki jabatan sebagai Mahkamah Syari’ ah Khubra di Kerajaan Saudi Arabia di era pemerintahan Raja Faisal. Tetapi ia harus berpulang ke rahmatullah karena sakit di akhir masa jabatannya. Yaitu pada 1 Agustus 1971M yang dimakankan di Mekkah.
Saat K.H.R As'ad menginjak usia 6 tahun beliau diajak pulang kampung oleh kedua orang tuanya, yaitu ke Pamekasan lebih tepatnya di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Desa Lancar yang di asuh oleh Kakeknya yang bernama Kiai Ruham. Tidak lama di Pamekasan, yaitu sekitar 5 tahun di sana beliau diajak K.H Syamsul Arifin atau ayahnya untuk pindah ke Asembagus, Situbondo. Pada waktu itu tempat tersebut masih berupa hutan belantara yang terkenal angker dan banyak binatang buasnya dan makhluk halus. Ajakan ayahnya tersebut tentunya memiliki tujuan, yaitu untuk menyebarkan agar Islam di pulai Jawa. Dan sampai saat uni tujuannya pun masih diteruskan oleh keturunannya yang mengasuh pondok pesantrennya.
Latar Pendidikan K.H.R As'ad Syamsul Arifin
Berbicara mengenai sejarah panjang dari K.H.R. As'ad Syamsul Arifin jika tidak membahas tentang pendidikannya dirasa kurang lengkap. Menjadi seorang ulama yang besar tentunya juga mempunyai perjalanan menimbah ilmu yang banyak sehingga pengetahuannya sangat luas. Beliau menempuh atau menimbah ilmu sejak kecil yang langsung diajari oleh ayahnya sendiri. Saat beliau berusia 6 tahun dipindahkan ke Pamekasan atau Pondok Pesantren Sumber Kuningan sehingga harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Saat berusia 11 tahun beliau diajak ayahnya untuk ke tanah Jawa.
Di umur 13 tahun dikirim ke Pesantren Banyuanyar yang di bawah naungan atau asuhan Kiai Abdul Majid dan Kiai Abdul Hamid oleh ayahnya sendiri. Setelah usianya menginjak 16 tahun beliau melanjutkan pendidikannya atau mondok di Mekkah dan berhasil menjadi santri di Madrasah Al - Shaulatiyah Mekah. Yang kebanyakan atau sebagian besar murid serta gurunya berasal dari Melayu (Al-Jawi). Baik guru dari Melayu maupun Timur Tengah beliau mendalami ilmu keislamannya.
Yang menjadi guru K.H.R As'ad Syamsul Arifin saat belajar di Mekah di antaranya : Syeikh Abbas al-Maliki, Syeikh Hasal al-Yamani, Syeikh Muhammad Amin al-Quthbi, Syeikh Bakir yang berasal dari Yogyakarta, dan Syeikh Syatif as-Sinqithi. Beliau juga berteman dengan banyak murid lainnya yang juga menjadi seorang Kiai besar di tanah Kelahirannya masing-masing.
Setelah cukup lama menempuh pendidikan di Mekah beliau kembali pulang ke tanah air, lebih tepatnya saat usianya 25 tahun. Walaupun sudah belajar atau memperdalam ilmu keislamannya di Mekah beliau tetap melanjutkannya di tanah air dengan mondok di bawah naungan beberapa ulama di Nusantara. K.H.R. As'ad Syamsul Arifin pernah mondok di Pesantren Sidogiri yang waktu itu di asuh K.H. Nawawi, Pesantren Buduran Panji Sidoarjo di asuh K.H. Khozi. Dan juga Pesantren Bangkalan dibawah asuhan K.H. Kholil dan Pesantren Tebu Ireng yang di asuh oleh K.H. Hasyim Asy'ari. Saat mondok beliau sangat mandiri dan tidak mau merepotkan kedua orang tuanya.
Karir K.H.R. As'ad Syamsul Arifin
K.H.R As’ad Syamsul Arifin berperan sebagai berdirinya NU atau menjadi Mediatornya dan sebagai aktifis politik. Pasa tahun 1924 beliau dipanggil oleh gurunya, yaitu kiai Kholil Bangkalan untuk menyampaikan amanatnya kepada kiai Hasyim Asy-ari Jombang yang berisi pesan ayat Al-Quran surat Thaha ayat 17-23 serta tongkat. Walaupun di tengah perjalanan beliau diolok-olok atau dikatai "orang gila" karena masih muda sudah memakai tongkat. Walaupun begitu, beliau tetap menjalankan amanatnya itu sampai ke Kiai Hasyim Asy'ari yang kemudian bercucuran air mata. Dan mengatakan "Saya berhasil mau membentuk Jam'iyah Ulama".
Setahun berlalu beliau dipanggil lagi oleh Kiai Kholil Bangkalan dan menyampaikan atau menyuruhkan untuk mengantarkan tasbih kepada Kiai Hasyim Asy'ari. Beliau lebih memilih gurunya mengalungkan tasbihnya ke lehernya agar nanti Kiai Hasyim Asy'ari sendiri yang langsung menerimanya. Selain tasbih beliau juga menyampaikan bacaan sebanyak 3kali yang berbunyi Ya Jabbar Ya Qohhar. Bacaan tersebut merupakan simbol agar tidak ragu lagi untuk mendirikan NU. Dan pada tanggal 31 Januari 1926 berdirilah NU.
K.H.R As'ad Syamsul Arifin juga berperan sebagai aktifis politik yang menjelang berakhirnya penjajahan jepang beliau mengaktifkan di dunia pergerakan. Beliau menjadi anggota NU tepatnya anggota Masyumi perwakilan NU dan beliau juga pernah menghadiri muktamar partai Masyumi tahun 1950an.
Berbicara mengenai sejarah perjalanan K.H.R As'ad Syamsul Arifin tentu tidak akan habis. Dengan mengetahuinya Anda telah menambah wawasan pengetahuan. Anda juga bisa membaca buku karya beliau yang berjudul "Ekonomi dalam Bisnis" yang memakai bahasa Madura dan di tulis dengan huruf arab, "Syair Madura", " Risalah Sholat Jum'at", dan masih banyak lainnya. Beliau merupakan tokoh yang tidak akan habis dibicarakan masyarakat karena kharismatik dan lainnya. Banyak orang yang berziarah ke makamnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo sebagai bentuk kerinduan dan mencari ilmu di sana.
Post a Comment for "Sejarah Panjang K.H.R As'ad Syamsul Arifin yang Perlu Diketahui Untuk Menambah Wawasan"