Ketahui 3 Peninggalan Sunan Kudus Sebagai Kholifah Islam Nusantara

 Sebagai tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam membuat segala peninggalan Sunan Kudus masih terus dijaga sampai saat ini. Sejarah mencatat bahwa ia mengembara dari satu tempat ke tempat yang lain dalam rangka mendakwahkan ajaran agama Islam. Bahkan, sebelum akhirnya ia menetap di pulau Jawa, ternyata wali keenam dari Walisongo ini juga pernah mengembara hingga ke Makkah.

Pemilik nama lengkap Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan ini tidak hanya sekadar berdakwah, tapi ia juga diberi amanah untuk memegang jabatan. Banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan membuatnya semakin disegani dalam masyarakat. Bahkan, karena ia merupakan wali yang mendalami ilmu agama, maka tidak mengherankan bila akhirnya ia diberi gelar Waliyyul Ilmi. Terkait dengan peninggalan Sunan Kudus, hal itu masih selalu membuat sejumlah orang penasaran.

Peninggalan Sunan Kudus

Benda Pusaka Peninggalan Sunan Kudus

Diperkirakan lahir sejak 1400 M, peninggalan Sunan Kudus yang pertama adalah keris. Diberi nama Kyai Cinthaka, keris yang memiliki bentuk dapur penimbal ini diperkirakan berasal dari zaman Majapahit akhir. Keris yang memiliki tipe bilah model tersebut memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan. 

Dari segi pamornya, keris peninggalan Sunan Kudus ini juga sangat sarat akan makna, lho. Hal tersebut bisa dibuktikan dari adanya motif ‘wos wutah’ pada keris Kyai Cinthaka. Diyakini bahwa motif tersebut melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kepasrahan kepada Allah. Menariknya, keris yang diperkirakan sudah berumur 500 tahun ini memiliki ricikan atau kelengkapan. Bahkan, ada juga yang meyakini bahwa usianya sudah 600 tahun, lho.

Adapun kelengkapan yang dimaksud di antaranya adalah luk sembilan, lambe gajah satu, jalen, pejetan, dan tikel alis. Kemudian, ada sogokan ngajeng lan wingking, sraweyan, hingga greneng duri yang ada di buntut atau ekor keris. Hal yang tidak kalah menarik adalah keris ini juga dilengkapi emas yang menempel di gandhik keris. Emas tersebut jenis kinatah panji wilis yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris.

Selain keris, peninggalan Sunan Kudus yang lainnya adalah sebuah senjata yang berbentuk trisula. Dalam bahasa Sanskerta, trisula berarti sebuah tombak bermata tiga yang secara harfiah bermakna tiga tombak. Sama seperti keris, usia tombak tersebut juga diperkirakan telah mencapai ratusan tahun. 

Semua peninggalan berupa benda pusaka tersebut masih terjaga dan tersimpan dengan baik di Masjid Menara Kudus atau  Masjid al-Aqsha. Bahkan, jamasan rutin diadakan setiap satu kali dalam setahun, yaitu pada hari raya Iduladha. Jamasan merupakan kata dalam bahasa Jawa yang juga berarti siraman, yaitu sebuah upacara ritual untuk membersihkan atau memandikan benda-benda pusaka.

Ritual jamasan biasanya dilakukan oleh seorang ahli pusaka dari pihak yayasan Masjid. Umumnya, sebelum upacara ini dimulai, terlebih dahulu diawali dengan pembacaan doa iftitah, tahlil, dan pembacaan ayat al-Qur’an secara bersama-sama. Setelah itu, berziarah ke makam Sunan Kudus  yang juga masih terletak di area Masjid. Pada saat yang bersamaan, keris diambil dari dalam peti lalu diletakkan di bagian atas Pendapa Tajug. Adapun dua trisula diambil dari sisi mihrab.

Setelah itu, benda pusaka peninggalan Sunan Kudus ini dimandikan dengan air rendaman merang ketan hitam. Kemudian, dibersihkan dengan air jeruk nipis dan bubuk warangan. Proses terakhir dari upacara ritual ini adalah penjemuran benda-benda pusaka dalam hal ini keris dan tombak di atas sekam ketan hitam.

Upacara jamasan masih rutin diadakan hingga saat ini. Tentu saja ritual tersebut masih terus dipertahankan sebagai usaha untuk merawat benda-benda pusaka agar tidak berkarat. Lebih jelasnya, KH Em Nadjib Hasan, selaku ketua yayasan Masjid Menara Kudus turut menuturkan maksud dari penjamasan tersebut. Menurutnya, ritual itu terus dilakukan agar pamor keris dan dua trisula bisa lebih bersinar dan terjaga dari kerusakan.

Setelah semua acara dari upacara ritual jamasan selesai, maka diakhiri kembali dengan pembacaan doa iftitah secara bersama-sama. Kemudian, dilanjutkan dengan penyajian hidangan makanan. Tentu saja, tidak sembarang makanan yang bisa dijamukan dalam ritual tersebut. Biasanya, makanan yang disajikan berupa jajan pasar, nasi, dan masakan opor ayam panggang. 

Umumnya, jajanan pasar terdiri dari aneka jajan tradisional yang dibeli pada pagi hari di pasar menjelang pelaksanaan jamasan. Adapun nasi dan masakan opor ayam panggang memiliki maknanya tersendiri. Konon, menu makanan tersebut merupakan makanan kesukaan Sunan Kudus. Setelah menyantap hidangan, maka selesai sudahlah seluruh rangkaian dari upacara pembersihan benda pusaka peninggalan Sunan Kudus.

Masjid Peninggalan Sunan Kudus

Salah satu peninggalan Sunan Kudus yang terkenal adalah Masjid. Dalam hal ini, Masjid Menara Kudus yang terletak di Jl. Menara, Pejaten, Kauman, Kudus, Jawa Tengah. Menurut prasasti berbahasa Arab yang terletak di atas mihrab, Masjid ini dibangun pada tahun 956 H atau 1549 M. Sampai saat ini, Masjid tersebut masih terawat dengan baik. Hal itu bisa dibuktikan dari bangunannya yang tampak masih kokoh.

Masjid peninggalan Sunan Kudus ini ternyata dibangun sendiri oleh Sunan Kudus menggunakan bahan tumpukan batu merah. Menariknya, Masjid yang sangat bersejarah bagi umat Islam di Jawa ini memiliki desain yang cukup unik, lho. Desainnya merupakan perpaduan dari budaya Islam dan Hindu. 

Sebelum memasuki halaman Masjid Menara Kudus, maka Anda akan melewati 2 buah gapura utama yang berbentuk candi bentar. Jika ditotal, maka jumlah pintu yang ada di Masjid ini adalah 10 buah. Dalam hal ini, 5 pintu di bagian kanan dan 5 pula di bagian kiri. Sementara itu, Masjid yang memiliki nama asli Al Manar atau Al Aqsa Manarat Qudus total jendelanya adalah 4 buah.

Salah satu keistimewaan dari Masjid peninggalan Sunan Kudus ini adalah menaranya yang merupakan akulturasi dari budaya Islam, Jawa, dan Hindu. Hal lain yang tidak kalah istimewa tentu saja adalah kompleks makam yang juga masih berada di area Masjid.  Kompleks tersebut terdiri dari makam Sunan Kudus, para ahli warisnya, hingga sejumlah tokoh-tokoh penting yang memiliki hubungan dengan Sunan Kudus.

Peninggalan Sunan Kudus dalam Bidang Kesenian

Bukan hanya benda pusaka dan Masjid, siapa sangka ternyata Sunan Kudus juga memiliki peninggalan dalam bidang kesenian, lho. Salah satu karya Sunan Kudus di bidang kesenian adalah Asmaradana yang merupakan lagu Jawa Kuno. Bentuk karya musik tersebut juga dikenal dengan istilah Tembang. Asmaradana berisi lagu-lagu percintaan (asmara).

Hal yang menarik adalah Sunan Kudus menggunakan tembang tersebut dalam menyiarkan ajaran Islam. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sejarah bahwa metode dakwah Sunan Kudus memang cukup unik, yaitu berdakwah melalui lirik lagu. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih mudah memahami dan akhirnya dapat menerima ajaran yang disampaikan tersebut.

Itulah ulasan seputar peninggalan Sunan Kudus. Sangat menarik bukan? Semoga pembahasan dalam artikel ini bisa lebih memperkaya pengetahuan sejarah Anda mengenai jejak-jejak para Walisongo, ya.

Post a Comment for "Ketahui 3 Peninggalan Sunan Kudus Sebagai Kholifah Islam Nusantara"