Syekh Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi atau dikenal dengan nama Syekh Nawawi Al Bantani, adalah seorang ulama asal Indonesia. Beliau merupakan seorang ulama Indonesia yang berjasa besar dan karismatik. Beliau merupakan seorang ulama yang masih memiliki hubungan nasab dengan Sunan Gunung Jati.
Syekh Nawawi menulis berbagai karya yang sering dijadikan rujukan utama pesantren di tanah air hingga luar negeri hingga saat ini. Syekh Nawawi lahir pada tahun 1813 dan wafat tahun 1897. Berikut biografi lengkap Syekh Nawawi beserta karamah yang Beliau miliki.
Kelahiran Syekh Nawawi
Syekh Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi atau dikenal dengan Syekh Nawawi Al Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten. Beliau lahir pada tahun 1230 H atau 1813 M. Syekh Nawawi adalah Putra dari Syekh Umar al-Bantani. Syekh Umar al-Bantani adalah seorang ulama yang masih memiliki hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau dikenal Sunan Gunung Jati.
Pendidikan Syekh Nawawi
Syekh Nawawi telah belajar ilmu agama Islam sejak berusia 5 tahun. Bersama saudara kandungnya, Beliau belajar agama secara langsung melalui ayahnya. Ada pun pelajaran agama Islam yang saat itu telah beliau pelajari yaitu, pengetahuan dasar bahasa Arab. Selain belajar tentang bahasa Arab, Beliau juga belajar tentang fiqh, tauhid, al Quran, dan tafsir.
Saat berusia 8 tahun, Syekh Nawawi Al Bantani bersama adiknya, Tamim dan Ahmad berguru kepada seorang ulama terkenal di Banten. Ulama terkenal di Banten yang menjadi guru Syekh Nawawi adalah KH. Sahal. Setelah berguru kepada KH. Sahal, Syekh Nawawi melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada ulama besar Purwakarta yang bernama Syekh Baing Yusuf.
Setelah menimba ilmu di Purwakarta, Syekh Nawawi yang saat itu belum genap 15 tahun telah mengajar banyak orang. Banyaknya orang yang berdatangan, membuat Syekh Nawawi mencari tempat di pinggir pantai agar lebih leluasa saat mengajar muridnya. Hingga saat usia Beliau menginjak 15 tahun, Syekh Nawawi Al Bantani menunaikan haji bersama 2 orang saudaranya.
Setelah musim haji selesai, Syekh Nawawi tidak langsung kembali ke Indonesia. Hal ini karena adanya dorongan untuk menimba ilmu di Mekkah sangat besar. Sehingga Syekh Nawawi tetap bertahan di kota suci untuk menimba ilmu kepada sejumlah ulama terkenal yang ada di Mekkah. Banyak ulama yang menjadi guru Syekh Nawawi, 3 diantaranya yaitu Syekh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, dan Yusuf Sumbulaweni.
Perjuangan Syekh Nawawi
Syekh Nawawi Al Bantani tinggal dan belajar di Mekkah selama 3 tahun. Kemudian, pada tahun 1828 M, Syekh Nawawi kembali ke Banten. Sesampainya di Banten, Beliau menyaksikan banyaknya penindasan, ketidakadilan, dan perlakuan Belanda yang sewenang-wenang terhadap rakyat Indonesia. Perlakuan buruk pemerintah Belanda kepada Indonesia, membuat Syekh Nawawi melakukan perlawanan.
Salah satu cara yang dilakukan Syekh Nawawi untuk melawan Belanda yaitu dengan berdakwah mengelilingi Banten. Dalam jihadnya, Beliau mengobarkan perlawanan terhadap para penjajah. Hingga kemudian pemerintah Belanda mulai membatasi gerak Syekh Nawawi dengan cara melarang Syekh Nawawi untuk berkhutbah di masjid. Tidak hanya sampai di situ, pihak penjajah juga menuduh Syekh Nawawi sebagai pengikut Pangeran Diponegoro.
Setelah kurang lebih sekitar 3 tahun tinggal di Banten, Syekh Nawawi kembali ke Mekkah untuk kembali memperdalam ilmu kepada guru-gurunya. Saat kembali ke Mekkah, Beliau menetap di Syi’ib ‘Ali hingga akhir hayatnya.
Saat tinggal di Mekkah, Syekh Nawawi Al Bantani juga mengajar di halaman rumahnya. Awalnya ada puluhan murid yang menimba ilmu kepada Syekh Nawawi, tapi semakin lama banyak murid berdatangan dari berbagai belahan dunia.
Bukan hanya dikenal sebagai ulama yang piawai dalam ilmu agama saja, namun Syekh Nawawi juga ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram. Nama Syekh Nawawi semakin masyhur saat ditunjuk sebagai Imam Masjidil Haram menggantikan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Karamah Syekh Nawawi
Karamah adalah kejadian luar biasa yang sulit dipahami pikiran manusia. Setiap ulama pasti diberikan karamah oleh Allah SWT, termasuk Syekh Nawawi Al Bantani. Ulama terkenal dari Banten ini memiliki banyak karamah, 3 diantaranya sebagai berikut!
Telunjuk Bersinar
Telunjuk yang bisa bersinar menjadi salah satu Karamah Syekh Nawawi. Saat itu Syekh Nawawi sedang perjalanan dalam syuqduf (rumah-rumahan di punggung unta). Dalam perjalanannya, Beliau memiliki ide untuk menulis kitab.
Namun saat itu tidak ada cahaya di dalam syuqduf yang ditumpangi. Lalu Syekh Nawawi berdoa kepada Allah agar telunjuk kirinya bisa menjadi lampu, agar Beliau bisa menulis. Setelah kejadian itu, jadilah kitab yang telah ditulis dengan nama Maraqi al-Ubudiyyah Syarah Matan Bidayah al-Hidayah.
Bisa Melihat Ka’bah dari Tempat Lain
Bisa melihat Ka’bah dari tempat lain menjadi karamah yang dimiliki oleh Syekh Nawawi Al Bantani. Saat itu, Beliau sedang berkunjung ke Masjid Pekojan di Jakarta. Masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman bin ‘Agil bin Yahya al-Alawi ini masih kurang tepat menghadap arah kiblat.
Lalu saat Syekh Nawawi berkunjung, Syekh Nawawi berpendapat untuk membenarkan arah kiblat masjid. Namun Sayyid Utsman berpendirian kuat bahwa kiblat masjid telah sesuai, karena Beliau sendiri yang menentukan kiblat masjid.
Saat terjadi perbedaan pendapat, Syekh Nawawi menarik lengan baju Sayyid Utsman dan merapatkan tubuhnya untuk saling mendekat. Syekh Nawawi menunjuk ke arah Ka’bah dan Sayyid Utsman pun melihat dengan jelas arah Ka’bah yang ditunjuk Syekh Nawawi. Setelah itu, arah kiblat di Masjid Pekojan telah digeser sesuai petunjuk dari Syekh Nawawi.
Jasad Tetap Utuh
Karamah yang dimiliki oleh Syekh Nawawi selanjutnya yaitu jasad tetap utuh. Saat itu, pemerintah Arab Saudi memiliki kebijakan untuk memindahkan kuburan yang berumur setahun ke tempat lain. Kebijakan ini dijalankan tanpa memandang status sosial seseorang, termasuk memindahkan makam Syekh Nawawi.
Setelah kuburnya berusia setahun, datanglah petugas dari pemerintahan untuk menggali kubur Syekh Nawawi. Namun saat petugas menggali makam Syekh Nawawi, bukanlah tulang yang ditemukan. Para petugas tersebut menemukan 1 jasad yang masih utuh dan tidak berkurang apa pun. Bahkan kain penutup jasad Syekh Nawawi pun tidak sobek atau lapuk.
Atas kejadian tersebut, pemerintah Arab Saudi menyadari bahwa makam yang digali bukan makam orang sembarangan. Sehingga pemerintah melarang untuk membongkar makam Syekh Nawawi. Jasad Syekh Nawawi dikuburkan seperti sebelumnya, bahkan hingga saat ini makam Beliau tetap berada di Ma’la, Mekkah.
Karya-karya Syekh Nawawi
Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama besar yang sangat cerdas dan alim. Banyak karya yang telah ditulis oleh ulama asal Banten ini. Bahkan seorang ulama asar Mesir juga menuliskan bahwa Syekh Nawawi sangat produktif menulis. Ada lebih dari 100 judul karya yang telah Beliau tulis, salah satunya yaitu al-Tsamar al-Yani’ah syarah al-Riyadl al-Badi’ah.
Syekh Nawawi Al Bantani merupakan seorang ulama yang berasal dari Banten. Beliau merupakan ulama besar yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Syekh Nawawi dikenal sebagai ulama yang sangat cerdas. Beliau wafat saat berusia 84 tahun pada 25 Syawal 1314 H/1879 M.
Post a Comment for " Biografi Syekh Nawawi Al Bantani, Ulama Banten yang Terkenal di Tanah Suci"